10 Tahun Lalu


Waktu punya romantisme tersendiri. Ia menjadikan manusia selalu ada di kini, esok, lusa, esok lusa, sampai jasad pun dibenamkan ke dalam tanah. Ia bagaikan jalan-jalan di belakang, datar, berliku, bergelombang, menanjak, menurun, dan berlubang.
Malam dua hari lalu terpecah karena seseorang. Saat sekretariat SUARA USU telah menyepi dan hanya tersisa beberapa anggota, mantan Pemimpin Redaksi SUARA USU, Faisal Utama, berkunjung ke SUARA USU. Dia bersama istri, seorang putra dan putrinya memecah kesunyian malam saat itu. Ia baru saja datang dari Jakarta. Kota merah penuh impian.
Bang Ical, sapaan harinya, memutar-mutar rol film di alam kenangannya. SUARA USU, ia jadikan pintu waktu. Ia kembali ke masa 18 tahun silam. Saat ia melamar sebagai anggota, jadi anggota tetap, hingga pemimpin redaksi, saat silam penuh warna dan rasa. Ia sebutkan nama-nama rekannya saat menjadi bagian SUARA USU. Denny (Denny S Batubara), Bang Yul (Yulhasni), Tikwan (Tikwan Raya Siregar), Dadong dan lainnya. Wajahnya berbicara, memvisualkan apa yang terjadi di tahun-tahun itu.
Saya sempat bertanya pada dia. “Kapan terakhir ke SUARA USU Bang?”. Ia diam, dahi menekuk.
“10 tahun yang lalu,” jawabnya dengan pasti.
“10 tahun lalu?” berkata dalam hati. Sambil memikirkan apa yang sedang saya lakukan saat 10 tahun lalu. Saat itu, saya baru kelas 5 SD dan Ia sudah menjadi pemimpin redaksi, mengalami bara jiwa muda, bebas, melakukan pilihan-pilihan hidup. Kini ia telah menjadi manusia utuh, memiliki keluarga, mengalami masa muda yang kenal kompromi.

                                                  (Bang Denny dan Bang Ical)
Melihat sosok Bang Ical di malam itu, saya pun merasakan dimensi waktu. Saya berpindah masa ke 10 tahun akan datang. Kini saya berada di posisi yang sama dengan Ical muda, yang lurus dan tirus. Ia membolak-balikan saya dalam waktu. Dipermainkan waktu lebih tepatnya.
10 tahun. Saya membayangkan diri saat datang ke SUARA USU dengan diri yang tak tahu siapa-siap di sini. Mereka pun tak kenal wajah, mungkin nama pun tak pernah ia dengar. Hanya menatap jejeran tabloid yang jadi kenangan, dinding-dinding yang catnya sudah berlapis-lapis kali berganti. Aku berdiri di tengah memandang sekelilingnya yang telah jauh berbedan dengan 10 tahun lalu.
Ruangan SUARA USU saat itu seperti tersenyum. Menantikan orang-orang yang telah lama hilang telah kembali. Yang telah mengukir hidupnya dengan proses di ruangan ini. Kelak saya akan seperti itu. Di 10 tahun akan datang.


Jumat, 02 Maret 2012

Posting Komentar